Toilet trainning adalah proses dimana seorang anak dilatih untuk bisa melakukan Buang Air Besar dan Buang Air Kecil sendiri di toilet. Proses ini menjadi cukup penting karena anak dilatih agar tidak lagi buang hajat sembarangan terutama di popok celana.
Namun, untuk memulai toilet trainning sebaiknya anda memperhatikan beberapa hal penting terlebih dahulu, salah satunya ialah kesiapan anak. Kesiapan anak dalam memulai toilt trainning tidak selalu sama antara satu dengan yang lainnya. Adakalanya, anda harus sedikit bersabar untuk menanti kesiapan anak dalam menjalani toilet trainning.
Secara umum, anak baru bisa memulai toilet trainning ketika usianya menginjak 1 tahun 6 bulan. Namun, pada praktiknya, kebanyakan orang tua memilih untuk menerapkan toilet trainning kepada anak mereka ketika usianya mencapai 2 tahun.
Kapan anak siap menjalani toilet trainning ?
Biasanya, anak yang siap menjalani toilet trainning ditandai dengan beberapa hal berikut ini.
Mampu menahan BAB dan BAK.
Ketika anak berusaha menahan BAB dan BAK, maka anak akan memunculkan ekspresi “spesifik” pada raut wajahnya. Tidak cuma itu, anak akan mulai jarang membuang kotoran di popok dan jarang BAB atau BAK pada malam hari.
Mampu berkomunikasi.
Ketika anak sudah bisa diajak berkomunikasi dan mampu memahami apa yang anda maksud, maka itu adalah salah satu momen yang pas untuk memulai toilet trainning. Biasanya, memberikan toilet trainning pada anak yang sudah mampu berkomunikasi akan jauh lebih mudah ketimbang memberikan toilet trainning pada anak yang belum bisa diajak berkomunikasi.
Mampu mengenakan pakaian sendiri.
Ketika anak sudah belajar bagaimana cara mengenakan pakaian yang benar atau bahkan bisa memakai pakaian tanpa bantuan dari anda, maka itu tanda bahwa anak sudah semakin siap menjalani toilet trainning.
Memilih menggunakan celana dalam ketimbang popok.
Ketika anak sering meminta ganti popoknya dengan yang baru, atau bahkan lebih nyaman mengenakan celana dalam dibanding popok, maka itu artinya sang anak sudah mulai tidak suka memakai popok yang penuh dengan kotoran.
Jika ia tidak nyaman dengan kotoran yang ada di popoknya, maka ia akan meminta agar popoknya diagnti dengan yang bersih. Hal ini bisa anda manfaatkan untuk mulai menerapkan toilet trainning pada anak. Anak yang sudah bisa membedakan mana yang kotor dan mana yang bersih cenderung akan lebih mudah untuk dilatih mengurus BAB sendiri.
Bagaimana memulai toilet trainning ?
Ajak anak mengenal fungsi toilet.
Pertama – tama ajak anak untuk mengenal fungsi toilet lebih jauh. Bisa dengan menjelaskannya secara verbal atau ditambah dengan gerakan tubuh atau gesture yang sesuai.
Ajak anak mandi bersama.
Ajak anak menyikat gigi hingga mandi bersama – sama. Ketika anak diajak mandi bersama, maka ia akan terbiasa dengan kegiatan di kamar mandi dan akan mulai belajar hal – hal kecil yang berkaitan dengan fungsi bak mandi, shower, gayung, hingga kakus.
Ajari anak duduk di pispot dengan benar.
Kini ajari anak cara menggunakan pispot dengan benar. Pispot yang digunakan ialah pispot khusus anak yang memiliki ukuran lebih kecil agar mudah untuk digunakan.
Praktekkan sambil ajari anak cara membersihkan tubuhnya.
Setelah mengajarkan anak bagaimana cara menggunakan pispot dengan benar, kini waktunya untuk praktek ! Ketika anak mulai mulas dan ingin BAK atau BAB, segera bawa anak ke pispot dan praktekkan langsung bagaimana caranya BAK dan BAB di atas pispot.
Sesudah itu, ajari pula cara membersihkan bagian tubuh anak yang tetkena kotoran, termasuk telapak tangan. Tidak perlu terburu – buru, lakukan dengan perlahan agar anak tidak merasa tertekan. Anak mungkin butuh waktu cukup lama untuk benar – benar mampu menggunakan toilet sendiri. Jadi, anda harus bersabar dan terus semangat !